SD Islam Al Hasanah

Selasa, 18 Mei 2010

TUMBUHKAN BUDAYA MALU

Malu adalah suatu hal dimana kita diliputi oleh perasaan sangat tidak enak di hati yang disebabkan oleh merasa hina, rendah, tak mampu, ataupun karena ketahuan berbuat sesuatu yang kurang baik menurut norma, berbeda dengan kebiasaan, atau mempunyai cacat atau kekurangan lainnya. Malu yang disebabkan oleh hal – hal tersebut di atas, membuat seseorang mengurung diri dalam kamar,tidak berani keluar rumah, menutup diri dari pergaulan, senang menyendiri, ataupun mengasingkan diri. Pada kasus - kasus tertentu rasa malu dapat berdampak psikologis yang berkepanjangan dan fatal akibatnya seperti mengakhiri hidup. Jadi kalau mau dinilai, rasa malu itu ada yang berakibat ringan, ada pula yang berat berat. Tetapi akibat yang ada itu, akan  berbeda dampaknya pada masing – masing orang. Artinya jika suatu perbuatan yang kurang baik dilakukan oleh dua orang dan perbuatan diketahui oleh orang lain, dampaknya bagi ke dua orang tersebut akanlah berbeda. Mungkin saja buat yang satu orang akan berakibat ringan akan tetapi buat yang satunya lagi bisa berakibat berat. Dari semua rasa malu yang ada diri kita, dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan penyebab rasa malu itu sendiri seperti :

1.  Sangat tidak enak hati karena berbuat kurang baik atau berbeda dengan kebiasaan.

     Contoh dari hal ini adalah seperti  misalnya :

  • Malu karena kedapatan sedang mencuri.
  • Malu menemui tamu karena belum mandi.
  • Malu makan yang sesuai porsinya waktu bertamu, atau waktu menghadiri undangan hajatan.

2.  Segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat.

      Dalam hal ini contoh yang nyata adalah seperti :

  • Murid yang bersalah merasa malu menemui gurunya.
  • Malu menanyakan sesuatu karena yang akan ditanya adalah seorang ulama, Lurah, atau pejabat tertentu.

3.   Merasa rendah dan hina.

       Malu yang diakibat oleh karena merasa rendah atau hina biasanya dapat berdampak psikologis yang berat, seperti :    

  • Malu karena cacat yang ada pada dirinya.
  • Malu karena tertangkap melakukan suatu tindakan kejahatan atau perzinahan.
  • Malu karena menjadi korban tindakan perzinahan.

Malu yang satu ini dampaknya akan sangat berat bagi si korban. Kalau si korban tidak kuasa menanggung malu, maka bisa berakibat fatal yang akibatnya sampai bisa melakukan tindakan bunuh diri.

Malu seperti yang diungkapkan tadi adalah malu karena suatu perbuatan yang tidak baik. Akibatnya orang akan menghindarinya agar tidak terkena malu. Bagaimana jika malu karena tidak melakukan suatu perbuatan yang positif    ( baik )? Tentunya hal yang demikian ini harus kita tumbuhkan pada diri kita, anak – anak kita, keluarga kita, murid – murid kita ataupun masyarakat di sekitar tempat tinggal kita. Malu karena tidak melakukan suatu tindakan yang baik memiliki akibat yang positif bagi diri si pelaku maupun orang – orang yang ada di sekitarnya. Jadi sebaiknya malu yang demikian ini perlu ditumbuhkan dan dipupuk keberadaannya. Agar lebih melekat pada diri seseorang perlu ditumbuhkan “ Budaya Malu “ ( khususnya malu karena tidak melakukan perbuatan yang positif ). Budaya malu yang demikian ini dapat ditumbuhkan di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah, lingkungan tempat kita kerja ataupun di lingkungan masyarakat di sekitar kita.

Apa sajakah budaya malu yang bisa kita terapkan di dalam lingkungan sekolah? Jawabannya adalah malu kalau tidak berbuat baik di dalam lingkungan sekolah itu  seperti contohkan sebagai berikut : 

  1. Malu karena datang terlambat
  2. Malu karena melihat rekan sibuk melakukan aktivitas.
  3. Malu karena melanggar aturan.
  4. Malu untuk berbuat salah.
  5. Malu karena belajar sesuatu tetapi belum berprestasi.
  6. Malu karena tugas tidak terlaksana/selesai tepat waktu.
  7. Malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan.

Dari contoh – contoh seperti di atas yang terpenting adalah bagaimana menumbuhkan budaya malu itu dalam lingkungan sekolah yang kita bina, juga pendekatan seperti apa yang harus kita lakukan agar budaya malu tersebut dapat benar – benar tertanam dalam diri peserta didik kita, sehingga budaya malu tersebut mampu memotivasi para peserta didik untuk berprestasi, dan juga teraplikasikan dalam tindakan – tindakan keseharian baik di rumah, sekolah dan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini tidaklah mudah, karena perlu contoh yang nyata dari warga di sekolah tersebut selain siswa seperti penjaga sekolah, guru, karyawan, dan kepala sekolah. Pemberian contoh yang nyata dari guru akan lebih mudah tertanam dalam diri peserta didik dibandingkan dengan perintah, ataupun tulisan berupa himbauan untuk menumbuhkan budaya malu yang kita tulis di dinding – dinding sekolah. Harapan terbesar dari semua itu adalah apabila peserta didik kita memiliki budaya malu karena tidak melakukan perbuatan yang positif, ke depannya tentunya akan memiliki sifat cepat kaki ringan tangan kepada semua orang. Dan dia akan menjadi pribadi yang disiplin, cerdas, rajin, tekun,  ulet dan cepat tanggap terhadap suatu keadaan.

Ciledug, Mei 2010                                                                                             Penulis

Suwito, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar